Kamis, 17 Februari 2011

Balada Cinta pasca

Cinta menyapa dengan manisnya saat pertama kali sang cupid memanahkan busurnya tepat di hati dua insan. Segalanya Nampak indah, dunia serasa milik berdua. Hanya hal hal yang baik saja yang terasa di awal pertalian. “Kamu baik, kamu manis, kamu perhatian, kamu bidadariku, kamu ga ada yang lain, aku ga mau kehilangan kamu, dan bla bla bla lainnya yang seakan tak ada cacatnya.”
Sang lelaki getol mengirim pesan pesan dari negeri romantika dengan sapa Sayang, cinta, beib, yank, say, huny, neng dan sebutan kesayangan lain sebagai bagian dari status. Menelpon pagi pagi hanya untuk membangunkan, berulang kali menanyakan sudah makankah, sudah mandikah, lagi apakah, sudah sampaikah, mengucapkan slamat pagi lah, slamat siang lah, slamat malam lah, met bobo lah, pergi kemana ma siapalah, pamit kalo mau pergilah. Rasanya tak betah lama lama jauh dari pujaan hatinya.
Ternyata kadang cinta suka jalan jalan hingga dia lupa lagi caranya menoleh kebelakang saat pertama dia menginginkan, betapa kadang dia tak tahu malu demi cinta, betapa dia rela meninggalkan urusannya demi cinta. Tlah lupa karna dia pikir mutiara itu tlah ada dalam genggamannya, tak perlu lagikah sgala tetek bengek ubo rampe cinta ?
Perjalanan hitam putih perlahan lahan datang silih berganti melengkapi riwayat cinta, terkadang putih, terkadang hitam, terkadang merah jambu seperti saat pertama, bahkan terkadang juga abu abu. Ya memang benar seperti sebuah artikel yang pernah saya baca, Cinta tak selamanya merah jambu.
Pernah juga saya sedikit survey kecil dengan menguping dari sumber orang orang berpengalaman yang sudah sampai pada dunia pernikahan. Sebagian dari wanita mengaku, pasca pernikahan suami mereka tak lagi semanis saat ‘ingin mendapatkan’, Mereka bilang jarang lagi ada pesan pesan via sms, ga ada surprise ulang tahun dan kadonya, dan mungkin dengan cara lain mereka mengungkapkan. Tapi seperti apa? Apa memang ada masanya menumpuk ubo rampe cinta?
Dan ketika para manusia disibukkan oleh urusan duniawi, diperbudak oleh pekerjaan, dituntut kebutuhan akan uang, mereka lupa ada satu tiang yang harus terus dirawat agar rumah mereka tetap kuat dan membuat orang yang tinggal di dalamnya nyaman. Tiang cinta yang menjadi pondasi awal sebuah hubungan. Jangan remehkan Romantika yang terkesan gombal dan hal kecil lain yang mungkin mudah dilakukan, ia bisa jadi masalah besar kalau kau melupakannya. Mungkin kau pikir itu tak perlu lagi, tapi apa cinta yang besar itu tak tumbuh dari hal yang kecil ? Hanya sederhana saja, tapi menyentuh hati. Memberi dengan ikhlas seperti saat kau merasa sangat senang hanya melihatnya dari jauh ato hanya karna mendapatkan senyumannya.
Sirami terus cintamu dengan hal hal kecil sederhana yang indah, karna kau tak akan pernah tau kalo cinta suatu saat menjadi kering. Dia tak akan pernah bisa berkata padamu, tapi tidakkah kau bisa merasakannya? Cinta pasca harusnya lebih pandai membuat pasangannya bahagia, pandai bersikap seperti predikat pasca sarjana yang mempunyai status lebih tinggi dari sarjana ato ahlimadya. Karna perjalanan waktu yang telah mereka lalui adalah pelajaran dan kenangan yang tak akan pernah terganti. Ingatlah slalu hari indahmu bersama pasanganmu saat kau jengah ato marah adanya. Dan jadikan kembali cinta merah jambu.

C.I.N.T.A
Ungkapkan ! Sebelum esok tak ada lagi untukmu !

Kamis, 10 Februari 2011

kuda putih

pengen sekali naek kuda putih...^_^



kalo ini yang bikin kepala kardus..

Teman Virtual & Teman Maya

Beberapa orang mungkin punya Teman virtual ato mungkin secara gampangnya teman imajinasi, kayak aku. Aku tak pernah mengada-ada ato menciptakannya, aku merasa dia datang begitu saja secara perlahan ketika itu kira kira 8 tahun yang lalu saat aku pertama kali masuk SMA. Memang sudah lama aku suka menulis walau sering sembunyi sembunyi. Dalam sunyi sepi itu yang kusuka saat aku ingin menulis. Saat itu aku tak seperti kebanyakan anak ABG yang sering main, aku sering menghabiskan waktu luangku di rumah. Seperti ada yang bicara dalam tubuhku, di sebelahku, di depanku, di belakangku…entah siapa itu. Dia selalu menemaniku memberi semangat di kala aku sedih, sampai tanpa sadar aku memberinya sebuah nama, Ramanda Philoeza Mahendra. Aku dan dia semakin dekat, bahkan kadang membuatku sedikit gila dengan rangkaian kata kata yang kutulis sendiri. Pernah aku menjadi sakau karnanya. Hingga perlahan lahan aku mencoba mengisi hati ini dengan lelaki lelaki yang nyata. Sempat juga aku salah mengartikannya, aku juga pernah sakau karna cinta nyata. Tak tahu kenapa aku kembali menyapa Ramanda walau tak sesering dan se sakau dulu. Aku mulai menjaga jarak tapi tak menelantarkan Ramanda. Dia tetap teman virtual terbaikku hingga sekarang. Walau selama 3 tahun lebih ini aku menyayangi seorang pria pilihanku, Ramanda tak pernah marah dan tetap menjadi teman, sahabat, yang tak kutahui apakah dia sebatas imaji. Dia ada namun tiada.
Satu lagi, teman maya yang aku merasa dia seperti sahabat. Entah bagaimana aku menyebutnya. Karna dia nyata manusia tapi aku tak tahu raut wajahnya. Yang kutahu Cuma dia teman yang baik, pendengar yang baik, bahkan kadang menghiburku walau hanya lewat kata kata. Kita tak pernah bertemu, mungkin belum…..tapi aku merasa sangat nyambung dengannya sebagai teman, aku suka imajinasinya, aku suka karya karya yang dia buat, aku suka kretifitasnya. Dia juga punya teman virtual ato imajinasi sepertiku. Dia kasih nama temannya Echa. Sering ku dengar ceritanya tentang echa yang manja, lucu, suka makan es cream, dan semua ide ide cemerlang yang dia punya. Wonderfull dream !
Dia suka sekali meyembunyikan wajahnya. Di dunia jejaring sosial dia tak pernah mau menampakkan sedikit saja semburat wajahnya. Semuanya kardus di wajahnya. Ya. Karna dia sangat terinspirasi dengan kardus, hingga dia menyebut dirinya Kepala kardus. Entah sampai mana imajinasinya bermain main, kadang aku ingin ikut masuk dalam imajinasinya. Pernah 2 kali aku sampai bermimpi bertemu dengannya tanpa kardus. Dia berpostur tinggi, putih, agak gondrong, dan wajahnya kayak orang cina. Saat aku sampaikan padanya, dia bilang mimpiku itu agak benar. OH yaaa ??? apa malam itu jangan jangan si mimpi pergi ke kotanya, Malang tuk melihatnya ? Misterius.
Tak pedulia siapa dia sebenarnya, yang penting aku punya teman baik seperti si Kepala Kardus “Aditya Pranata”. Mendengar skali saja suaranya membuat pertemanan ini semakin lucu. Makasih buat kalian… teman virtual dan teman mayaku

ini kepala kardus :

Kamis, 03 Februari 2011

Tentang rasa theodora ( 2 )

Tik tak tik tak……..tik tak tik tak……..sang detik seakan membuyarkan waktu yang membisu tak bersua. Menenggelamkan diri dalam lamun hingga senja, fajar, terik tak menyisakan setetes embun kesegaran. Theo masih terus saja bercumbu dengan kata dalam kamar kecilnya yang seakan penuh sesak oleh himpitan kalimat yang terangkum tanpa klimaks. Sesekali dia tengok wajah yang terpampang di pigura kecil di atas mejanya. Nampak 2 wajah dengan raut muka menyunyu mengabadikan hari yang tak akan pernah kembali. Lalu Senyum kecil theo menyumbul seakan menyampaikan sejuta pesan pada setiap nafas yang terhempas bebas. Sejenak theo tersadar, dia harus membunuhnya!
“Ya…aku harus membunuhmu, sunyi! Aku tak boleh meraba raba sendiri bahkan merogoh dalam hatinya, aku punya permisi tuk bicara….Cuma kata yang mampu menjawab sgala jengah, jangan menyerah !”
Theo juga teringat suatu pesan dari artikel kisah cinta yang ga hepy ending, ketika seseorang menyimpan sgala rasanya hingga dia harus kehilangan orang yang dicintainya itu tanpa tau yang sebenarnya....’Jangan tunggu esok hari untuk mengatakannya, karena mungkin esok hari itu tak akan pernah ada.’
Tak lama theo mengambil handphone, dengan lincah dia ajak tiap alphabet menari merangkum makna. SEND !
“fiiuhhhh sdikit lega rasanya…smoga ada balasan”

Kembali theo menggerakkan penanya di buku birunya, menyapa malam….sambil sesekali menilik telepon genggamnya menanti balas….tak sadar theo menyelesaikan sebait ocehan jiwanya,

Detak jam sibuk berjalan dengan cepat
Mengisi sepinya ruang ruang ini
Mengajakku memutar otak
Menggubah kata tuk mencipta senyum kecilku
Mengalun terus…terus..terus..dan terus..
Membawaku pergi ke dunia imaji riang
Tanpa masalah..tanpa omelan
Sungguh aku ingin terus menari pergi dari sini
Bersama bidadari kecil di sampingku
Menjelajah dunia dongeng yang indah
Lihat!
Aku bisa tersenyum..tertawa bahkan menyanyi mengalun
Tak ingin ku kembali padanya yang perih
Dan biarkan aku bahagia.

*bidadari kecil…jangan tinggalkan aku sendiri.

Tulilulilut….tulilulilut…..1 message receive…open.
Rama mengirim balasan yang sedikit membuat theo lega, walau banyak Tanya menggelantung di benaknya berteriak mengharap jawab. Hanya satu makna yang dapat tertangkap oleh theo…’lelah’.
Bllukkk……dia rebahkan tubuhnya di ranjang yang penuh dengan bayang bayang kata. Seakan mereka berusaha menangkap tubuh theo bersama sama. Masih dia genggam handphone kecil yang sudah sedikit eror itu, sambil memandang langit kamar dia terus menerbangkan angannya, berharap menggapai pintu hati rama tuk sekedar mengintip isinya. (Ah terlalu jauh theo.., apa si angan tau jalan menuju tempat rama sekarang ? apa si angan tau harus naek pramek ? Lain waktu akan kupinjamkan theo pintu ‘kemana saja’ milik doraemon biar si angan miliknya bebas menjamah hati rama tanpa syarat…. )
Tertidur dia dengan menggenggam handphone di tangan kirinya dan pena di tangan kanannya, seakan dia bawa segala coretannya menuju alam bawah sadar.
Adzan subuh membangunkan theo dari mimpi panjangnya, bergegas dia bangun mengambil wudhu, sholat dan bersiap berangkat kerja. Senin…selasa, rabu, kamis, jumat,sabtu…..hari hari dia lalui begitu saja, hingga hari minggu tiba dia putuskan pergi ke kota Rama. Kali ini tak sekedar angan belaka….dan theo sengaja tak memberitahu rama akan kedatangannya. Surprise…! Tak tahu hal apa yang mendorong theo membuang ego yang nakal dan nekad pergi ke kota itu. Ach mungkin sedikit mencontek kalimat seorang mentalis, ‘Kadangkala hal tersulit dalam hidup dapat diatasi dengan solusi yang tak nalar’.
Mungkin theo hanya ingin mengantar kerinduannya yang terus merengek. Kerinduan, adalah sebuah harta milik kita yang sederhana, namun artinya tak lebih sempit dari luas samudera. Kerap membawa keinginan tak sekadar beredar di khayalan. Namun kekuatan tekad untuk menjadikannya nyata. Mengemas rindu, menjaga cinta.
Kerinduan akan hadirnya cinta. Seperti milik nabi Ibrahim, saat akan menyembelih anaknya. Seperti milik Ismail, yang mempersembahkannya hanya untuk Tuhannya. Seperti milik Yusuf, yang tak tergoyahkan oleh Zulaikha. Seperti milik mereka, dan mereka yang lain yang juga pencinta.
Mungkin Sedikit klasik …..tapi memang kadang embel embel cinta di luar nalar, tak ada dalam pelajaran ilmu pasti bahkan sosial. Mungkin kalo ilmu bul gombal gambul terkibul bisa termasuk kategori ilmu cinta ya..hehe
Sesampai di depan kamar Rama, theo perlahan melangkahkan kakinya kayak pencuri mau nyolong jemuran, kayak kucing mau nyolong tempe, kayak sentot mau ambil uang emaknya di warung….and bla bla bla…(kali ini ga ‘kayak’ tapi asli)
Theo mendekati rama yang lagi bobo tidur sleeping dengan pulasnya, wajahnya Nampak sangat lelah payah…tiba tiba, cllupp…terkecuplah pipi rama oleh hangatnya bibir theo yang sengaja mendarat tuk bangunkan rama.
“bangun mas……(sambil tersenyum simpul tapi ga lebar lebar banget kok)…”
“Loh kok udah ada disini ? kapan datangnya ?” (rama linglung kayak ketiban UFO beserta alien yang mengepungnya)
“Barusan diantar bidadari, turun di jendelamu itu…ehhehehe”
Lalu mereka terlibat pembicaraan yang sdikit serius tentang hubungan mereka yang digoda oleh waktu, jarak, dan pekerjaan. Trio satan yang setia menggoda tali hubungan jarak jauh !
Ternyata pekerjaan yang itungannya masih baru itu sedikit manja meminta hampir seluruh waktu rama, mungkin sebagai permulaan. Tak perlu ada Tanya lagi, tak perlu was was dan muncul trauma lama lagi….theo sdikit demi sdikit blajar tentang sebuah proses…perjalanan yang terus berubah. Setiap naik satu tangga lebih tinggi bakal ketemu rintangan yang beda dan mungkin lebih sulit juga. Dan jikanya nanti sampai pada rumah tangga tujuan, pasti saat kita lihat anak anak tangga yang udah dilewati, kita bakal tersenyum puas……kita telah berhasil melewatinya.
Theo pulang kembali ke kotanya dengan membawa sekotak percaya yang semoga awet tahan banting hingga saatnya sang pemilik datang.
Sesampainya di rumah theo memuntahkan smua rekamannya dalam buku birunya,..
“Makasih buat sedikit waktumu rama…mungkin memang masa kayak gini harus kita lalui, sederhana,, biasa saja….tak berlebih memaknai adanya cinta. kita bukanlah Cinta dan Rangga yang memadu kasih di SMA, tapi kita seperti dongeng pangeran berkuda putih dan kau yang akan menyelamatkan dan menjemput putrinya di menara yang dijaga naga di waktu yang tepat ( apa masih berlebihan ya mas..? hehehe)
Bahasa jawanya…’Nrimo ing ati kanthi ikhlas’….nek jodo ora mlayu nandi nandi…(lha nandi? Solo po jogja po semarang ?)….itu kata bapakku yang terkenal sabar sejagad raya….hehehe
Mungkin the most important adalah yaitu antara lain komunikasi. Kalahkan ego yang slalu datang bertamu tak diundang, pulang tak diantar. Kamu bisa juga kan rama ? Aku juga percaya kamu…..sdikit dalam angan ketika nanti mungkin kau akan mengkhitbahku …..Colaboration of arts…kita diciptakan sangat berbeda, tapi kita sama dalam cinta (auuweehhh…aw aw aw).
Right man in the right time….tak usah berlebih ya rama…biarlah semua sesuai dengan kadarnya…bahasa inggrisnya ‘sak madyo’….(ga mbois blas rek mari nang omah)…hehehhe”
Dan theo kembali menjalani rutinitasnya sebagai wanita karir. Theo terus belajar menjadi lebih tegar, tak boleh ada air mata lagi. Karna ada peribahasa air beriak tanda tak dalam (ga peduli kalo roaming). Dan dia tetap setia dengan alphabet alphabet yang slalu menemaninya dalam sepi.
Kali ini backsoundnya cukup semarak tiada terkira…..’u know me so well…girl I heart u….’ (theo nyanyi ga jelas di kamarnya)
Ting tong…ting…tong….tiba tiba bel rumah theo menyahut tanda ada tamu yang datang. Ting tiong…ting tong….


“( kira kira siapa yang datang yach ???)”