Dalam rengkuhan senja yang mulai meranum, langit yang menampakkan keangkuhannya, membayang kelabu pangeran berkuda putih yang tiba –tiba memuai warnanya….Kuda putih jatuh cinta, tertembak panah Cupid…’snappp’,, dan tanpa harus menunggu senja lagi…kuda putih pangeranku berganti rupa menjadi Pink, merah jambu yang menggebu-gebu, berpadu dengan pangeran yang memakai Beskap merah yang gagah. Ach sungguh Rupawan kalian…
Hamparan bunga yang menjajah tanah basah, mencoba mengasah tajam mataku…menarikku kencang –kencang tuk berada pada punggung kuda Pink yang kokoh. Berada di belakang sang Pangeran, berpegang pada pinggang yang berisi, hangat tanpa menyengat…Kusandarkan kepalaku yang pening oleh panah Cupid, Ach sungguh ingin kuhentikan waktu pada senja yang manja ini…
Berlenggak – lenggok menyusuri tiap lekuk jalan asmara, perlahan seakan senja kali ini tak akan pernah habis, malam enggan datang, dan Pangeranku mulai menantang. “Jangan kau cabut panahmu Cupid….biar saja membius dengan mulus, tak peduli harus ku tungganggi kuda pink…bukan putih seperti altar suci…tapi ku suka pink, perpaduan yang sungguh manis.”
Kuajak Pangeran melaju terus bersama kuda pinknya…belok, terus, belok, dan terus….hingga sampai di sebuah gerbang besar, “ Jalan terus pangeran…masuk saja ..lewati gerbang itu…”
Kuda bengong, pangeran memaku dengan tatap tajamya….dan ketika kutegakkan badanku, kusibak mataku yang terbuai panah cupid…Oh No !!! Raja malam tlah mengirim pasukan gelapnya, menghadang kami yang hampir saja meninggalkan negeri antah barantah, lalu mereka mengusirku…mengembalikanku pada batas senja yang ranum..
Ketika ku kembali pada rumah senjaku, kulihat cupid tengah terlelap mendekap panah-panah cintanya. “ hah pantas saja kau tidur cupid ! Tidakkah kau menjaga kami, agar sampai pada rumah senja ini…rumah senja yang terang nyata…” Geram aku dibuatnya….
Oh Andaikan senja sedia singgah lebih lama lagi…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar