Aku tak menemukanmu
Ketika kusibak ruang ruang kosong ini
Ketika ku butuh uluran tanganmu
Di ujung sana kau tenggelam
dalam tumpukan tumpukan kertas yang memaksamu terpaku
Entah dimana kudapat mengais sepuluk rasa kenyang
Sedikitpun tak dapat kulihat cahaya manusia manusia yang suka berjejal
Apa kau juga larut bersama mereka?
Hanya alunan nada nada kelaparan yang sendu terus menemaniku
Seakan mengajakku menyusuri lorong lorong kemanusiaan
Mendekap erat dengan peluh yang penuh warna
Di luar sana seorang bayi menangis meronta ronta
Ruang ruang hampa dalam perutnya seakan meminta haknya
Rasa dingin pun tak jauh dari nasib yang ia derita
Bahkan mungkin ia pun tak pernah tahu alunan nada yang harmoni
Sungguh ironis…
Terlahir untuk menjadi pengemis yang rindu timangan Bunda
Di satu sudut kemanusiaan yang elok
Mereka tengah beradu dengan keping demi keping yang terbuang sia
Tak mereka tahu betapa hedonnya dunia yang mereka tapaki
Hingga makna makna suryalis pun tak lagi nampak dalam ego yang bertandang
Sungguh nyaris…
Mati dengan predikat hedonis yang kental
Sesaat kuterkejap dengan ego yang terus mencarimu
Tak jua nampak kau dalam ruang tiga kali empat ini
Yang kutemukan hanya dua bait kisah kemanusiaan
Membangunkanku dari jalangnya jiwa yang kian melemah
Mengharap ampunan pada hidup
Memang terkadang mesti menghadirkan sepi antaranya
Ya……dan aku menikmatinya….
Bukan sebagai seorang pengemis
Bukan pula berpredikat hedonis
Cuma sedikit egois tuk tak memikirkanmu dalam lelahku
Sedikit tinta yang tersisa memaksaku bertanya
dimana kau…lelakiku ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar