Di pojok bungkam kudengar sahut menyahut suara hati yang beradu pada genangan air mata yang kian membanjiri. Mereka bilang cinta itu anugerah yang membuat kita bahagia, cinta membuat kita menjadi merasa istimewa, saling memberi kekuatan dalam satu papan yang penuh pengertian. Ketika seorang makhluk bernama Adam Tuhan kirimkan padaku, sedianya tlah kusiapkan segala resiko yang mungkin bertandang…tak jauh jatuh jika memang perih. Dan ternyata ruang itu kini penuh peluh mengeluh perih, oleh sebuah ego yang nakal tak mau pergi. Apa yang ada dalam pikiranmu?
Seolah diri ini yang selalu salah…bagaimana kubisa ungkapkan semua ini, aku terlalu sesak oleh air mata . Telanjangi saja jiwa ini..biar kau puas onani perasaanku. Jika kita dilahirkan dalam sebuah perbedaan, apa mesti seperti ini takdir seorang wanita ?
Seperti babu yang mesti sedia apa yang Tuan inginkan, menyediakan secangkir semangat dikala Tuan datang, istilahnya tanpa Tuan gaji, tanpa Tuan timbal balik, saya mesti rela ?
Kita dilahirkan berbeda Tuan ! Tapi kita tetap seorang manusia yang mempunyai hak.
Salahkah?
Ada yang retak di ruang ini, ketika seorang wanita tengah baya diperkosa hatinya. Memang cinta dan nafsu tak ada bedanya, terbelenggu dalam peluh ego yang terus menghisap. Tuan itupun tak peduli meninggalkannya bersimbah luluh air mata, seakan Tuan tak puas akan klimaks yang tak sempat terjadi. Berapa banyak lagi air mata yang mesti raib bersama sperma keegoisan. Tuan pun terus melangkah mengangkangi kebisuan yang tak terjawab.
Tlah kupilih kau Tuan,..ketika sang Bunda mengatakan lain. Kubesarkan namamu Tuan,.ketika mereka tak tahu sedikitpun tentangnya. Sekedar menjaga sebuah hati yang tlah menjadi, biar terus bernafas dalam keperawanannya.
Apa yang harus kulakukan lagi ? aku hanyalah manusia yang tak sempurna...tak lebih dari angka yang terbaca sepuluh.
Aku dilahirkan sebagai wanita…
Dengan bekal cinta yang Tuhan berikan,..titah yang mesti dibagikan pada hati yang terpilih. Apa salah jika itu kau?
Maaf Tuan …mungkin aku salah sepenuhnya memberikan hatiku. Aku tak bisa penuhi nafsumu Tuan, mengantarkanmu pada klimaks yang tak tepat waktu.
Wanita...sungguh ironis…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar