Minggu, 02 Agustus 2009
mencari prianya pria (Babak I )
Ketikanya sebuah percakapan kudengar dari bilik sebelah, dua orang manusia tengah beradu dalam perdebatan sengit. Entah karna hal sepele atau maksiat yang mereka dapatkan. Keegoan tengah menggoda mereka tentunya. Dengan sedikit tengokan pun, jika ia tlah datang, cinta pun sudah tak ada harganya lagi. Semakin kudengar teriakan itu, bulu kudukku seakan berlari satu persatu meninggalkanku. Kemanusiaan macam apa yang sedang mereka satukan ? ah apa itu yang mereka sebut cinta ?
Tak sadarkah ketika dahulu mereka banggakan arti cinta, mengumbar romantika melebihi semua kemanusiaan.
Isak tangis tak lama hadir mencengkam dari bilik itu. Satu gebrakan terdengar dan kulihat lelaki itu keluar meninggalkan peluh. Hanya punggungnya yang kokoh kulihat dari kejauhan, tapi ku tak yakin, apakah hatinya sekokoh tubuhnya itu. Meninggalkan seorang wanita dalam genangan air mata penuh sesal. Kucoba mendekatinya, ingin kuraih tangannya, kupeluknya agar ia sedikit reda. Kuusap air matanya, kuberikan semangat dengan sedikit cerita tentang cinta yang suatu waktu sampai pada titik jenuh. Ya. Titik itu yang terkadang membuatmu luka. Jangan khawatir wanita…(mungkin begitu saja kumenyebut dia ), itu hanyalah cobaan yang justru akan membuat kalian kuat dan itu memang harus kamu lewati. Sebuah proses menuju klimaks terkadang memang sedikit sakit. Tenanglah wanita….ambillah air wudhu lalu tidurlah. Biarkan luka itu larut dalam gelapnya malam ini.
Gila…absurb..! Apa yang kulakukan ? knapa baru kusadari aku tak dapat benar-benar menyentuhnya…wanita itu masih tersedu dalam tangisnya, aku Cuma ingin mendengarnya bercerita,..kenapa perdebatan itu terjadi ?
Benar-benar wanita itu tak tahu keberadaanku…maafkanku wanita…
Aku tetap berdiri di pojok itu, sesaat kulihat dia membuka buku merah jambu yang ia keluarkan dari lemari. Tak lama ia menulis kata demi kata yang membuatku terus penasaran. Ya …kali ini aku bisa membacanya.
“…………………………………………………………………………………”
Ramanda….
Entah kenapa harus padamu aku mengadu…setelah sekian lama kupendam jauh-jauh, sekedar ingin hidup wajar dalam realita. Apa seperti ini yang namanya realita ?
Maafkanku jika aku terpaksa kembali dalam duniamu. Aku lara ramanda…biarkan peluh ini sedikit kurebahkan disampingmu. Apa ego itu punya derajad yang lebih tinggi dibandingkan cinta? Sungguh tak manusiawi…ironis..
Dalam sebuah cinta, perlu kompromi…perlu kesabaran, hingga proses akan terus berlanjut. Hal sepele bisa menjadi besar jika emosi telah menghipnotisnya.
Diri ini Cuma begini adanya, tak lebih dari angka sepuluh, namun aku punya harapan tuk kuterus mencoba menjadi terbaik. Dunia lelaki memang sepenuhnya berbeda dengan duniaku. Terkadang aku pun perlu mengejanya satu persatu agar ku bisa membacanya.
Apa aku akan menemukan prianya pria dalam senjaku ramanda ?
Apakah aku bisa mencintainya seperti aku mencintai senja….dan kau Ramanda…?
“…………………………………………………………………………………”
Baru saja tanda Tanya ia tamatkan tanpa jawab, ia mendapatkan pesan singkat dari telepon genggamnya. Tak lama setelah membacanya, ia langsung mengambil sweeter dan pergi meninggalkan lembaran isi hati tersebut. Entah kemana ia pergi, aku tak bisa mengikutinya. Tubuh ini serasa terikat dalam sudut ruang ini.
Begitu payahnya aku ! tak bisa menjawab tulisannya. Tak bisa hadir nyata untuknya.
imajikah....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar