To be continou…...
Dan setelah kepergian wanita itu, aku kembali membaca lembar demi lembar buku merah jambunya yang tak sengaja ia tinggalkan begitu saja. Kumulai membukanya dari halaman depan. Banyak skali nama Ramanda ia lantunkan, entah dalam sukanya..hingga ia basah oleh peluh. Aku smakin mengerti apa yang ada dalam perasaannya hingga pada suatu lembar ia bercerita…….
“………………………………………………………………………………………”
Ramanda, tentang hari yang slalu kunanti. Aku tak pernah berpikir kalau ini semua hanya sebuah mimpi, sebuah kegilaan yang membuatku tak sadar. Aku memang menciptanya dari sebuah harapan. Tentang kamu….cinta…sebuah rumah….tentang kita yang nyata.
Hingga sebuah nama tentangmu pun tak sengaja hadir saja dalam hidupku…’Ramanda Philoeza Mahendra’….Jangan kau tanyakan darimana kudapatkan nama itu, nama penuh makna yang mungkin saja Tuhan yang kirimkan tuk menjadi nyata.
Sampai hari bersejarah itu, seorang adam Tuhan kirimkan tuk mengobati luka hatiku. Aku memilih meninggalkanmu Ramanda, namamu pun kupinjam tuk memanggilnya. Ya. Philo, begitu aku memanggilnya. Sungguh filosofi sepertinya….
Aku belajar mencintainya sperti kumencintaimu dan senja…ya, seperti yang slalu kukatakan padamu. Dan aku tlah benar-benar menyayanginya, sampai sedikitpun aku tak mengingatmu karnanya. Namun, ketika tiba-tiba saja seseorang kenalan dari masa putih abu-abu ku datang ( jujur saja akupun sudah lupa siapa dia, hanya karna orang tua kita saja saling mengenal), dia sedikit mengacau hubunganku. Tak usah kujelaskan detail, yang jelas orang tuaku menyukai dia, mungkin karna dia sudah kerjalah, mungkin karna orang tuanyalah. Sedikit demi sedikit kucoba yakinkan orang tuaku bahwa kekasih pilihanku adalah yang terbaik, bla..bla..bla….(mungkin dia tak pernah tau bagaimana ku menyayanginya…). Tapi sperti kata orang tuaku, aku tetap menjalin silaturahmi dengan pria putih abu-abu itu, tak menyakitinya, istilahnya menolaknya dengan halus.
Dan aku masih terus belajar menyayanginya Ramanda….mencoba menikmati realita ini. Maaf Ramanda….
“……………………………………………………………………………………..”
Seperti ada yang bergejolak dalam hatiku, entah karna aku mengerti tulisan itu atau karna aku bertanya-tanya…siapa pria itu ?
Belum slesai kumenamatkan pemahamanku, kudengar seseorang mencoba membuka pintu. Ternyata wanita itu tlah kembali, cepat-cepat kukembalikan buku merah jambu ke tempat semula. Tampaknya kekecewaan masih mendekam dalam wajahnya. Ada apa gerangan? Darimana dia pergi semalaman? Ah ingin tau saja aku ini….
Buuukkhh…dia rebahkan tubuh kecilnya di ranjang sudut ruang ini. Cuma terdiam, tatapan kosong….dan seperti kuduga, air mata itu kembali menetes berebutan.
Huuhh…apa ini masih karna cinta ? sungguh aku tak mengerti sehebat apakah cinta hingga membuat manusia seperti ini?
Tak lama wanita itu pun tertidur seakan pasrah…mungkin terlalu lelah dan jengah. Tak apalah biarkan ia menikmati pagi ini hingga nanti untuk tidur, biar hilang sgala penat. Ingin rasanya kucari pria itu, Pria? tapi ku tak yakin apa dia sudah melalui proses menjadi pria sejati. Seorang pria tak kan mudah tergoda oleh egonya, dia akan berpikir lebih dewasa, mentalnya kokoh dan mampu menjaga komitmen dengan seorang wanita. Hahaha, tau darimana aku ini,..terlalu teori mungkin ya..
Aku hanya menatap wanita itu tertidur, ehhmm.manis juga ya…dari raut wajahnya spertinya dia bukan wanita biasa,sperti kusangat mengenalnya..banyak hal pahit tlah ia lalui tentunya. Ahhh..knapa aku jadi suka bikin prediksi sperti ini !
Tak terasa di luar sana senja mulai menampakkan kecantikkannya. Seakan redup…
“Doggh...doghh...doghh…” , seseorang di luar sana mengetuk- ketuk pintu. Wanita itu tentu saja terbangun oleh suara berisik yang mengganggu tidur panjangnya. Pelan-pelan ia beranjak dari ranjangnya yang basah oleh air mata, tak peduli akan dirinya yang sungguh sperti tak terawat. Dibukanya pintu dan terhenyak dia dari tempatnya berdiri. Akupun ikut kaget ketika kulihat seorang pria datang mengenakan jaket yang sama dengan pria kokoh saat meninggalkan ruangan ini, kala itu. Apakah dia pria itu ?? geram aku dibuatnya…kumencoba tenang dan mengikuti alur mereka berdua.
Tanpa kata, wanita mempersilahkan pria itu masuk ke dalam ruangannya. Terduduk mereka berdua di atas ranjang yang berantakan tadi. Cukup lama mereka terdiam, bisu. Ah adegan apa ini? Ayolah aku ingin segera tau apa yang terjadi?
Wanita itu mencoba memecah kesunyian, membuang sgala egonya.
“ knapa kau kesini ? kukira kau tak lagi mau kesini ataupun peduli padaku karna aku yang salah bukan?”
Kulihat wanita itu lebih tegar setelah bangun tidur,..
“aku….maafkan aku karna kemarin aku tak jadi datang tuk membicarakan masalah kita, aku sakit”, ucap sang pria.
Lalu wanita mencoba menatap matanya seolah mengungkapkan berjuta makna yang tak kuketahui. Aku hanya bisa melongo ketikanya kudengar banyak ia berkata…
“ Ya, aku berusaha mengerti kamu, kemarin pun saat kutawarkan membawa makanan untukmu, kau tak mau. Aku memang begini adanya. Mungkin banyak hal yang lama tak kita bicarakan, kita tlah melupakan satu teori cinta, kompromi. Ya, karna banyak alasan membuat kita tak bisa bicara dari hati ke hati. Hingga kita pun tak tersadar kalau ego bertandang menghampiri kita. Dan ego selalu datang dengan berbagai masalah tuk berusaha memisahkan kita. Masalah kecil telah ia olah menjadi momok yang seolah membuat kita meledak. Lelah….lelah pikirmu juga terpancing tuk berteman dengan emosi. Memang mereka begitu lekatnya, melebihi hubungan kita.
Aku tak tau lagi…aku tak berharap banyak, hanya jika memang hubungan ini masih bisa berlanjut, aku akan berjalan lagi disampingmu. Setiap tahap hubungan itu selalu ada cobaan yang lebih berat. Begitu bukan? Dan Aku tlah meresapinya…maafkan aku…”
Sungguh ku tak bisa berkata apa-apa melihat adegan itu…
Lalu…sang pria memeluk wanita sambil berurai air mata…diucapnya maaf berulang kali, baru disadarinya bahwa kesibukan dunia tlah menenggelamkannya dalam amarah.
Akhirnya kubisa menghela lega……dalam senja ini mereka kembali menyatu.
Senja….dan aku harus pergi.
***
( Mereka berdua terkaget sambil melepaskan pelukan sesaat terdengar buku merah jambu terjatuh dari meja, dalam hati wanita berkata, ”apakah itu Ramanda yang pergi meninggalkan ruangan ? ya. Itu pasti dia. Makasih Ramanda” )
*end*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar