Menggetarkan hati saat membaca
novel karya ‘Wahyu Sujani’ yang judulnya ini cukup menggelitik ...’Ketika Tuhan
Jatuh Cinta’....kok bisa?
Sejenak saya berdiam diri sambil
mendengarkan lagu lagunya kapten Sar ‘Ippho Right Santoso’...memutar ulang
memori perjalanan kehidupan saya sampai pada titik sekarang saya
bernafas,.Subhanallah...
Telah banyak sekali yang saya
lewati, yang tak pernah lepas dari Kuasa Tuhan mendewasakan saya, dengan
cara-Nya yang luar biasa, di luar bayangan dan dugaan saya, pedih, kecewa, kehilangan,
kekurangan dan semua rasa yang tidak saya harapkan justru memberikan satu hal
yang mungkin tanpa ini saya tak mendapatkannya -----> KUAT. Ya. Itu cara Ia
mencintai saya, menjadikan saya lebih kuat dan dekat dengan-Nya, menghadapi
setiap ujian yang semoga mengantarkan saya pada tingkat yang lebih tinggi. Anak
sekolah aja kalo pengen naik kelas juga harus ujian bukan?
Ketika Ia mengharapkan saya bisa
menghadapi semuanya, pasti tak ada yang tak mungkin, dan selama masih di dunia
ini, pasti masih ada jalan keluar atas semua masalah. Karena setiap masalah itu
terlahir dengan solusinya. Asalkan kita mau ikhtiar, berusaha, ikhlas atas apa
yang Ia berikan.
Dalam novel yang saya baca ini,
tokoh utama, Fikri, seorang seniman pasir, yang terlahir dalam keluarga
sederhana, harus mencari nafkah sambil kuliah dan untuk membiayai sekolah
adiknya, berbagai ujian mulai dari kehilangan cinta, kehilangan kedua orang
tua, bahkan adik satu satunya juga akhirnya meninggal, namun dia tetap kuat
menghadapi ujian demi ujian yang Tuhan berikan. Justru dia semakin mendekatkan
diri pada-Nya, dia bilang itu tandanya Tuhan mencintainya. Dari bawah, tak
pantang menyerah ia memulai usahanya hingga akhirnya sukses mencapai
impiannya,bahkan lebih dari yang ia kira. Tuhan itu tidak pernah tidur
sodara...
Di balik semua ujian itu,
ternyata Tuhan tengah merencanakan sesuatu yang luar biasa. Tapi itu juga
tergantung pribadi masing masing menyikapi dan mengambil hikmah. Percaya bahwa
Tuhan tak pernah ingkar janji pada hamba-Nya. Bahwa setiap doa akan selalu Ia
dengar. Dan Ia punya cara tersendiri tuk mencintai hamba-Nya.
Sebenarnya Allah tak pernah
melepaskan cinta-Nya pada hamba-Nya. Namun, realitas cinta-Nya itu amat berbeda
dengan realitas cinta manusia kepada manusia lain. Cinta Allah pada hamba-Nya
selalu dalam bentuk yang lain; dalam bentuk kesakitan, kehilangan, juga
kekecewaan.
Manusia kadang lupa, bahkan tak
pernah sadar jika cobaan datang menderanya. Kebanyakan dari mereka mengeluhkan
bahkan tak sedikit yang menganggap Allah itu tidak adil. Na’udzubillah.
Sejatinya, semua cobaan itu tanda bahwa Allah sedang melirik kita, sedang
menguji keimanan kita. Pantas ataukah tidak hamba itu jadi hamba pilihan yang
kelak akan dianugerahi rahmat-Nya yang seluas langit dan bumi.
Tak bisa diukur sedalam apa cinta
Allah pada hamba-Nya. Dalam sakit kita, ada cinta Allah. Yaitu dijadikannya
kafarat atau penebus dosa. Dalam kegagalan, akan ada penyesalan yang kemudian
di puncak penyesalan itu Allah akan menurunkan petunjuk agar si hamba mau
berpikir untuk tidak mengulangi kesalahannya. Ketika bencana terjadi dimana
mana, itu adalah bentuk peringatan Allah karena kasih sayang-Nya, ar-Rahim,
Sang Maha Pengasih. Itulah puncak cinta Allah pada hamba-Nya di dunia.
Sahabat Mahmud bin Ladid r.a.
meriwayatkan Rasulullah bersabda;
Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Allah menguji mereka (dengan
kesusahan). Barang siapa bersabar (menghadapi ujian itu), maka baginya pahala
kesabaran, dan barang siapa menghadapinya dengan kegelisahan (tidak benar),
maka baginya kegelisahan. Demikianlah cara Allah menunjukkan cinta pada
hamba-Nya. Semua tidak lain dan tidak bukan karena Allah sangat ingin semua
hamba-Nya melangkah di jalan yang diridhai-Nya yaitu jalan menuju surga-Nya
yang kekal.
Ketika Tuhan Jatuh Cinta.......
Ya. Saya belajar dari sosok
fikri, saya dan kalian semua yang sedang berjuang di jalan Allah pasti bisa
menghadapinya. IPPHO Right SANTOSO, Pakar otak kanan, penulis mega bestseller,
penerima MURI Award dalam bukunya 7 Keajaiban Rejeki , meringkasnya dalam 6I ;
6I -- Impian + Iman + Ikhlas + Ibadah + Ikhtiar = Ijabah
Melalui karya hebatnya ini, saya
kembali bergejolak setelah dulu pernah juga saya baca the secret. Terimakasih
buat teman saya diseberang sana karna telah mengenalkan buku Ippho ini :).
Ippho membedakan cara golongan kiri
dan golongan kanan, begitu pakar otak kanan itu menyebutnya. Berikut saya
sedikit bagikan dari bukunya ;
Ibadah cara kiri ;
Ø Kaya
dulu, baru sedekah, baru umrah
Ø Mapan
dulu, baru menikah
Ø Cukup
dulu, baru berbakti pada ortu
Ø Dapat
nikmat dulu, baru bersyukur, baru husnudzon
Ø Punya
kebebasan waktu dulu, baru shalat dhuha, shalat tahajjud
Ø Sepintas
ini semua tampak masuk akal
Ibadah cara kanan ;
Ø Sedekah
dulu, barulah rejeki bisa berlimpah
Ø Menikah
dulu, barulah rejeki berlebih
Ø Bersyukur,
husnudzon, istighfar, dan zikir mesti diamalkan kapanpun, dimanapun,tidak harus
ada sebab khusus
Ø Memang
otak kiri dan otak kanan senantiasa bekerja beriringan dan saling mendukung.
Apalagi terkait ibadah, otak kiri sangat berperan untuk keteraturan dan
penghafalan. Apa yang sesalkan disini adalah pola pikir yang berlebihan
terutama soal rasionalitas.
Selengkapnya silahkan membaca buku 7 Keajaiban rejeki tersebut :).
Dan saya percaya apapun yang menggunakan makna kanan itu lebih baik, makan
pakai tangan kanan, Al Quran dibaca dari kanan, dsb. Yakin kalau Tuhan itu akan
memberikan yang terbaik tuk kehidupan kita.
Semangat dan terus belajar ! :)