Jumat, 16 Oktober 2009

Dibalik senyum yang hilang ( Bag I )

Pagi ini terlalu sendu tuk menghadirkan sedikit saja senyum dalam wajah bisunya. Ketika seperti pagi biasanya kusapa gadis bermata coklat itu, melewati jalan depan rumahku. Entah knapa slalu kulihat wajah itu dengan rasa yang berbeda tiap harinya…namun pagi ini sungguh membuatku ingin bertanya padanya, tapi aku tak sangup…sampai akhirnya dia lewat jauh menuju tempatnya bekerja. Ach…siapa nama gadis itu ? apakah dia milik orang ? ya..hanya itu saja yang slalu bergejolak dalam hatiku

……………………………………………………………………………………………………………………………

Dan sore ini ketika kutunggu dia keluar dari tempat kerjanya,..kuberanikan diri tuk mengikutinya dari jarak 100 meter, uhmmm apa aku mesti dating padanya sekedar bertanya siapa namanya ? ada masalah apa sehingga membuat wajahnya kehilangan suka ?
Terus saja ku membuntutinya sambil memandang tubuh kecilnya bergoyang oleh langkah kakinya, tak menghiraukan seberapa jauh ia telah berjalan. Sampai di gubuk kecil pinggir sungai, ia menghentikan langkahnya, lalu ia duduk termenung di gubuk kecil tak terawat itu. Apa-apaan lagi ini, knapa dia tak pulang ke rumahnya ? apa dia tak lelah seharian bekerja? Dimana sebenarnya rumahnya ? Tanpa disadarinya aku bersembunyi di balik gubuk itu.

Sunyi…..dan ia terus saja memandang jauh senja yang mulai menampakkan keindahannya. Aku masih saja tak berani tuk sedikitpun menggerakkan kakiku, Cuma sesekali mengintip di sela –sela bilik, tuk memastikan dia masih disitu. Masih tak ada suara…….., setengah jam berlalu hingga aku terkantuk dan kaget ketika kudengar dia bersenandung sambil lincah jari-jari manisnya menulis di buku kecil berwarna coklat. Entah apa yang tengah dia tulis, sepertinya akupun tak bisa menghentikannya. Masih saja tak ada senyum walaupun senandung itu sedikit menyejukkan wajahnya.
Tak lama dia mengeluarkan selembar foto seorang lelaki berparas hitam manis dengan wajah tegas, ya walaupun hanya samar – samar kubisa melihatnya, sambil terus menjaga tubuhku agar tak mengeluarkan suara, nafaskupun seolah kuredam agar tak mengganggu siasat bodohku ini. “Oh Tuhan siapa lelaki itu ? apa dia yang sanggup membuatnya tersenyum ?”

Deg…deg…deg…….dan jantungku semakin berdegup kencang olehnya….ach peduli apa aku ini…aku tak mencintainya, aku belum mengenalnya, Cuma sedikit rasa penasaran akan senyum yang hilang itu…oh tidak…..! apa aku harus membuang waktuku tuk sebuah rasa penasaran ?


" to be continou "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar