Sabtu, 17 Oktober 2009

Di balik senyum yang hilang ( Bag II )

…………………………………………….continou…………………………………………………………

Tak lama dia memasukkan kembali foto pria itu dan melanjutkan lagi perjalanannya, entah kemana…yang pasti aku masih belum puas tuk berhenti disini tanpa jawaban tentang smua pertanyaan ini. Yach mungkin sedikit bergaya seperti Densus 88 saat berpatroli menguntit teroris, hahaha apa kalo tidak sedikit meniru detektif Conan saat penyelidikan kasus…uhmmm…wah kebanyakan berkhayal jangan sampai kehilangan jejak nech…

‘Penguntitan kembali berlanjut…..’

Sampai di sebuah rumah sederhana sebelah surau kecil, aku melihatnya memasuki rumah itu. Untung saja di seberang rumahnya ada sebuah warung kecil yang ditunggui nenek tua, sambil melepas lelah aku menunggunya di warung. Tak lama adzan magrib terdengar memecah sunyi dalam gelap yang mulai mendekap senja. Dan seperti biasanya aku tak pernah memperdulikan suara adzan, bahkan terkadang aku lebih memilih mendengar lagu Rock n Roll yang cadas daripada suara adzan yang memekikan telingaku. Entah berapa lama aku lupa caranya sembahyang.

Dan rasa penasaran terhadap gadis itu semakin mengalahkan ingatanku…amnesia sementara bahwa aku seharusnya berangkat latihan taekwondo. Aku sendiri tak tahu knapa aku bisa sangat termotivasi tuk melakukan tindakan bodoh yang belum tentu ada hasilnya ini.

Ach terlalu lama aku bicara disini tanpa tahu apa yang gadis itu lakukan…tanpa kusadari gadis itu memasuki surau di samping rumahnya. Langsung saja secercah ide timbul di otak encerku tuk pura-pura ibadah di surau itu, ya….pura-pura. Karna aku tak berminat tuk melakukan ritual sembahyang itu. Kembali ku mengintipnya diantaranya papan bilik yang membatasi ruang pria dan wanita. Begitu khusyuk …dan wajahnya seakan memancarkan sinar yang menyejukkan hatiku. Tak peduli kalau orang-orang yang di sebelahku memandang curiga atas sikapku ini. Cukup lama dia berdoa, sampai jamaah lain sudah pulang, dia masih terduduk disitu, seakan begitu besar permintaannya pada Tuhan.

“45 menit kemudian…….”

Dia memasuki rumahnya yang terlihat sunyi itu, yach mungkin sesunyi hatinya. Tak Nampak orang lain selain dirinya dalam ruangan ketika kulihat dari jendela rumahnya. Ac h lebih baik aku pulang saja daripada menunggu hal yang tak ada hasilnya . Petang ini kuputuskan pulang saja, toh setidaknya aku sudah tahu dimana rumahnya.

“ hari berikutnya……”

Pagi-pagi aku terbangun dengan semangat karna ingin melihatnya melewati depan rumahku seperti biasanya. Pukul tujuh…ya sekitar pukul tujuh dia selalu lewat sini. Secangkir kopi dan gitar ini yang menemaniku di teras sekedar menunggu gadis misterius itu lewat tanpa senyum untuk siapapun.

Kopi di cangkirku sudah mulai habis, lagu andalanku sudah beberapa kali kumainkan dengan gitarku, tapi gadis itu tak kunjung lewat, jam di tanganku menunjukkan pukul delapan. Hah menambah tumpukan rasa penasaranku saja …apa yang terjadi padanya ? Ach mungkin pagi ini dia berangkat lebih pagi dari biasanya dan aku tak tahu.biarlah esok saja aku melihatnya.

“next day……..”

Seperti rutinitas pagiku biasanya, kopi, gitar, dan gadis itu. Sial…!!! Pagi inipun dia kembali tak lewat, apa dia tengah sakit ? padahal pagi ini aku bangun lebih awal hanya untuknya. Dua jam aku terduduk menunggunya. Tanpa pikir panjang segera tancap gas melaju ke rumah yang kemarin berhasil kubuntuti. Tentu saja aku tak berani langsung bertandang ke rumahnya, bisa-bisa dia malah ketakutan didatangi lelaki asing sepertiku. Kusandarkan tiger ku di sebelah warung kecil di sebrang rumahnya, sambil menyulut rokok, iseng aku mulai bertanya pada nenek pemilik warung. Lagi-lagi aku bergaya sok detektif yang sedang menyamar , dan kali ini aku mengaku sebagai teman SMA nya yang lama kehilangan kontak, smoga saja nenek terlalu tua untuk curiga.

Sedikit lega ketika kudengar cerita nenek. Katanya, dia bernama SENJA. Uhmm, nama yang cukup aneh tuk gadis secantik dia walopun tanpa senyum. Memang dia sudah lama tak terlihat mempunyai senyum, bahkan untuk bicara pun hanya seperlunya saja. Di rumah itu dia tinggal sendirian, padahal setahu nenek dulu dia tinggal bersama seorang lelaki yang tampan. Ach si nenek ne lumayan ganjen juga cerita padaku, membuatku seperti cemburu yang tak seharusnya. Apa lelaki itu suaminya?
Dan cerita si nenek semakin membuatku lemas ketika dia berkata bahwa kemarin gadis itu kedatangan tamu. Seorang lelaki yang dulu tinggal bersamanya, sang nenek hanya melihatnya dari seberang warungnya. Mereka pergi membawa barang-barang banyak, naik mobil dengan plat B. uhmmm teliti juga si nenek ini. Sungguh aku merasa sangat bodoh knapa kemarin aku tidak datang kemari, yach walaupun aku tak bisa mendekatinya, mungkin aku bisa melihat sedikit senyumnya dan alasan atas senyum yang tersimpan.

Ya. Seakan semua ini telah terjawab. Tapi tidak bagiku. Surau di samping rumahnya seakan memanggilku begitu kuat tuk mampir sebentar. Entah mengapa kaki ini begitu ringan melangkah memasuki surau. Hatiku merasa sangat kehilangan. Kebodohan lagi karna aku tak mengenalnya sedikitpun, tapi dia mampu merenggut semua ruang di hatiku. Hah seorang tangguh juara taekwondo sepertiku didramatisir oleh gadis senja?

Dalam hati ini seperti ada gejolak yang meyakini bahwa suatu hari nanti aku masih bisa bertemu dengannya. Sekedar melihat senyum termanis yang dia miliki. Di surau ini akan jadi saksi, ketika hari ini aku tiba-tiba tergerak mencoba mengambil air wudhu dan berdoa seperti yang dia lakukan. Entah…aku sendiri malu, knapa dia mampu membuatku seperti ini. Apa dia malaikat yang telah dikirim oleh Tuhan ?

Aku mulai betah dan sering berkunjung ke surau ini, sambil berharap Tuhan mengijinkanku bertemu dengannya. Harapan itu semoga tidak terlalu besar bersemayam dalam hatiku. Terimakasih senja……karna kau , aku tahu betapa hidup ini perlu keberanian, perlu doa dan harapan, seperti mungkin yang selama ini kau lakukan, kau harapkan dari lelaki yang membawamu tempo hari. Ya…itu hanya sedikit perkiraanku tentang alasanmu.

Bisakah aku melihat senyum itu Senja ?


*end*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar