Jumat, 21 Januari 2011

.Tentang Rasa Theodora.

Semburat sinar indah yang masih tersisa sore itu tak bisa menggubah hati seorang gadis bertubuh kurus yang duduk di teras kos itu. Sebut saja namanya Theodora, tapi dia biasa dipanggil dengan theo. Matanya memandang jauh…jauh hingga ia tak pedulikan setiap orang yang lewat di depannya. Seperti ia sedang menyimpan banyak Tanya dalam hatinya. Hari itu theo memang pergi dari kosnya untuk beberapa hari,tanpa memberi kabar pada siapapun dan dia bersembunyi di kos salah satu teman lamanya SMA. Dalam diamnya tiba-tiba theo cerita sama temannya, karla.
“apa ini cara Tuhan menyayangiku karla ? rasanya aku lelah hadapi semua masalah ini, terkadang aku takut ga bisa lanjutkan kuliahku, ga ada yang benar benar sayang ma aku “ sesekali ia mengusap air matanya yang mulai berjatuhan.
“Theo…kamu harus kuat, gini deh aku umpamain, ketika kamu minta sama Tuhan binatang kecil yang cantik, tapi Tuhan malah kasih kamu ulat berbulu, mungkin kamu kesal ingin protes,tapi tau ga kamu, ulat itu lalu tumbuh dan berubah menjadi kupu kupu yang cantik. Itu jalan Tuhan the..Indah pada waktunya, Ia merencanakan yang terbaik buat kamu, percayalah. Sekarang kamu jangan sedih lagi ya..ntar kita kluar aja yuk nonton pentas di kampus..okay”. Theo pun menjawabnya dengan anggukan kecil tanda setuju.
Malamnya mereka berdua pergi ke kampus nonton pentas teater, ga sengaja theo ketemu dengan seorang teman lelaki yang dia kenal dari temannya, namanya Rama.
Selesai nonton pentas, ternyata karla pergi sama kekasihnya dan mau tak mau theo kembali sendiri di tengah ramainya anak anak kampus. Kebetulan disitu Rama bersama temannya mengajak theo ngobrol hingga mereka memutuskan buat nonton bareng liga champion di dekat kampus juga.
“theo, aku ma farid balik kos bentar ya, nanti aku kesini lagi tak hubungi kamu, nomor hp kamu berapa ?”. Merekapun saling bertukar nomor dan theo semalaman bakal ga tidur disitu. Ga lama rama menelpon theo menanyakan keberadaan theo di sebelah mana, dan akhirnya mereka ketemu lagi buat nonton bareng.
Ga tau kenapa sejak malam itu, mereka jadi sering ketemu sekedar maen atopun nonton pentas. Saat itu theo memang lagi butuh teman buat menghibur dirinya.
Hingga suatu malam sehabis nonton pentas, Theo diantar pulang sama Rama. Baru saja theo masuk kamarnya, ada sms dari Rama, dia minta theo kluar kos bentar karna rama mau balikin kalkulator yang dipinjamnya.
“hehe, sory the, lupa aku mau balikin ini, makasih ya..ya udah aku balik dulu..”
Singkat dan theo kembali masuk kamar lagi, ga lama ada sms lagi dari rama minta theo kluar kos lagi karna ada yang mau diomongin bentar, daripada ga bisa tidur kata Rama.
Jam 10 malam, jam malam kos sudah habis tentunya, theo berdiri di dalam pagar dan rama di luar pagar.
“ Theo….aku mau ngomong sama kamu, eehmmm….slama ini aku merasa nyaman bareng ma kamu, aku sayang ma kamu, ..eehhmmm… mau ga jadian ma aku ?”
Jllaanggggg…theo merasa shocking malam itu, sampai dia bingung harus berkata apa, tambah lagi udah malam ga enak ma orang depan kos.
“ Rama….gimana kalau aku jawab besok ya…biar aku pikir dulu ?!”
“ jawab sekarang aja deh, iya apa ga…? Kalau besok mending ga usah.”
“dalam hati theo berkata, (haduhhh gimana ya…kok cepet dia bilang kayak gini,mana maksa kudu dijawab sekarang, ga ku duga, kukira dia kayak temen cowok laen yang Cuma maen ma aku)”
Antara yakin dan belum yakin, akhirnya theo menjawab Iya.
Hari hari berikutnya mereka jalani berdua di tengah kesibukan masing masing. Theo mulai lepas dari kesedihannya selama ini. Theo sedikit demi sedikit mulai sayang sama Rama. Menjalani apa adanya cinta yang sederhana. Hingga satu tahun berlalu, dua tahun berlalu, tiga tahun berlalu mereka masih…ya masih dalam satu. Walaupun terkadang banyak godaan.
Pernah suatu ketika theo bercerita sama karla kalau dia tengah bimbang tuk memilih antara rama atau seseorang yang datang menggoda itu. Tapi setelah theo istikharah seperti saran temannya, katanya dia menjadi berbelok dan yakin sama Rama.
Theo terlanjur sayang sama rama, tapi entah ada sedikit hal apa pada rama hingga theo merasa rama menjadi berubah….tak seperti dulu adanya. Theo suka sekali menulis sgala mimpi,imaji, dan harapan di buku birunya. Tak jarang ia menulis untuk rama….ya walaupun rama tak tahu begitu dalam kata kata itu theo rangkai untuk rama. Suatu ketika karla menemukan buku itu terbuka tepat di halaman dimana ia toreh kata dengan manisnya,
“Sedikit kata untuk pagimu
Suatu pagi penuh mentari, di kala waktu bebas kau sambangi
Kurakit benang-benang memori antaranya kau dan aku
Dalam album album wajah yang tersimpan manis
Menunggu gilirannya tuk kembali menjadi satu dalam perbedaan
Kau disana ..kudisini…
Seakan jarak menggoda terus dan terus..
Ah tiba tiba saja sdikit ku ingin terbungkam dalam gundah yang tak enyah
Diam diam kukirim lantunan doa doa untuk hari fantastismu
Sambil kuselipkan harap pada hati yang kian menanti
Sdikit Tanya kapankah waktu itu menjadi tepat
Kutulis…terus kutulis namamu..
Hingga tak ada sela lagi pada yang mampir
Aku ingin…tapi tak boleh terlalu..
Sesekali kutengok pada ujung jalan dekat rumah
Andai ku lihat tubuhmu melangkah membawa sebungkus rindu
Yang hangat untukku…
Ya…pastinya akan datang di hari yang Tuhan Ijinkan
Aku menunggumu.”
Semakin dibikin penasaran karla membuka halaman lain buku yang ditinggalkan theo di ranjangnya, saat itu theo sedang keluar ke minimarket. Dan memang kamarnya berantakan karna theo sedang menata barangnya untuk dibawa pindahan nantinya. Sungguh karla dibuat terharu dan tersihir oleh alunan kata yang dia baca, yah walaupun itu bukan untuk karla…tapi karla merasa ingin tersenyum dan tersenyum. Apalagi saat Karla menemukan satu baris manis puisi lagi …

Aku tersesat dalam kelabu menuju hatimu
Kau berdiri jauh disana
Yang Nampak tubuh besarmu dalam samar mataku
Mendung senja ini seakan ingin merebutmu
Entah knapa dia sdikit menggodaku
Bersekongkol dengan malam yang sepi
Oh pagi….cepatlah datang
Bawakan segumpal sinar tuk kuraih cinta
Mengembalikannya pada rumahnya
Atas nama ‘Rama’
Rumah sederhana yang membuatku nyaman
Pergilah kelabu…biarkan hujan turun
Membasahi hati yang kering
Biarkan pelangi menggantikan warna yang tlah redup
Dalam harmoni Ridho-Nya

“Andaikan Rama tau ini semua…..tapi apa sebaiknya aku sampaikan sama Rama yach..?, “ Karla bingung sendiri dan tak lama suara langkah kaki datang membuka pintu, dengan sigap karla mengembalikan buku biru pada tempat semula dan pura pura bermain laptop. Theo datang, melihat buku birunya dia langsung menyimpannya dalam lemari yang dia kunci.
Karla tak pernah berani menyampaikan itu semua pada rama hingga theo benar benar pindah, pulang ke kota asalnya setelah lulus, itupun untuk menuruti orang tua theo. Dengan berat hati theo harus pulang dulu. Mereka sibuk mencari pekerjaan masing masing. Entah kenapa hubungan jarak jauh itu sering menimbulkan salah paham antara theo dan rama.
Rama memang punya obsesi jadi seorang sutradara, dan kini dia telah disibukkan dengan kesenangannya itu. Sedangkan theo bekerja di sebuah BUMN di kotanya.
Theo masih sering menulis harapan harapan kecilnya bersama rama, tentang harapannya suatu hari nanti dia akan pindah ikut bersama Rama, membangun keluarga bahagia, anak anak, dan semua impiannya yang dia kemas dalam buku biru.
Rama lah yang menjadi semangat theo berjuang mendapatkan pekerjaan, menjadi wanita yang lebih baik. Tiap hari theo selalu menanti rama datang. Menjemputnya dan membawanya merangkai hari bersama.
Di kotanya,theo merasa kesepian jauh dari rama, jarang komunikasi karna kesibukan rama, sampai theo sering merenung di kamarnya memikirkan rama yang tak semanis dulu lagi. Pernah suatu kali theo jatuh pingsan, badannya kaku tak bisa bergerak dan dokter bilang itu karna psikisnya.
Suatu malam di kamarnya yang sunyi, theo kembali menulis untuk Rama ….
“Rama….aku tahu kamu pernah jengah sama aku, aku tahu mungkin kamu pernah ingin sendiri dulu…akupun pernah merasakannya, tapi kembalilah lagi seperti dulu Rama… seperti dulu ketika kau inginkanku…seperti dulu kau beri aku bunga dengan senyum polosmu, kau kecup aku, kau kirim pesan pesan manis, kau telpon aku, kau bawakan sarapan pagi untukku, kau peluk aku dikala ku sedih, kau jaga aku dikala aku sakit, kau ajak aku keliling kota sekedar hilangkan penat,
seperti dulu kau sering ucapkan sayang…
Rama..kmana itu semua ? Apa salahku ?
Jangan tinggalkan aku Rama…aku sangat trauma, hingga aku pernah takut jatuh cinta lagi karna aku pernah ditinggalkan lelaki dengan sakitnya…
aku rindu …..pada kisah yang kini kusadari manis. Sederhana yang kamu beri tlah menyadarkan aku betapa pentingnya arti kita. Rama…..kamu dimana…?
Aku ingin menulismu..terus menulismu....bahkan sampai tangan ini keriput oleh kata...
entah berapa lembar kertas kuhabiskan sekedar untuk menulismu. apa kau mengerti disana?
ah aku tak tau lagi apa yang mesti kuceritakan,.kepada terik yang semakin membuatku jengah ingin enyah..
kurasakan kau begitu lelah denganku, aku trus diam dan kau tenggelam. lalu apa akan ada harmoni jika laut tak berombak lagi.. oh kata….
Pena kecil yang kumilki perlahan berubah jadi abu-abu. Sekian banyak dendang kulantunkan untuk membuat hatimu ikut menari…bersama kata yang tersurat dengan merdunya. Sekedar berharap kau tumbuh menjadi Pria..Pria….dan bukan lagi lelaki yang sering kutunggu di batas senja itu…ketikanya waktu itu bertemu menghabiskan waktu bermain..tertawa…hingga tak risau akan fajar yang terus mengejar. Kini ku ingin lihat kau datang dengan kemeja merahmu…mengepal kata dewasa dalam peliknya tujuan.
Segala kata yang jalang tak mau pergi dari otakku ini…bergumul terus membicarakanmu,..entahlah apa yang mereka rencanakan tentang hati terlanjur terpatri.
Dan saat ku bungkam rangkuman makna itu…kau kira aku tak ada alasan tentang sgala raut yang jengah. Ya..ya…ya. Bagaimana ku bisa membunuh kata.
Embun pagi meneteskan air mataku…ketika tak kusadari kata terus menulis hingga fajar menenggelamkan senja. Apapun yang akan kau gantikan dalam tiap lembar maha karya kita…tak kan sanggup menghapus setitikpun coret yang tlah menghiasi senja.
Dan aku masih ingin terus menulismu……………………………………..”
Menetes juga air mata yang tak lagi tertahan …mengantar theo dalam lelap tidurnya malam itu. Samar samar lagu milik olif – tentang rasa yang dulu sering diputar sama Rama buat theo mengalun lirih. Dan mimpi mimpinya masih terus terukir memenuhi harinya. Theo yakin Rama pasti akan datang dengan senyum rindu yang lama tertanam.


*Theodora….jangan risau,
Pangeranmu akan menyelamatkanmu dari menara Naga di waktu yang tepat.
^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar