Kamis, 03 Februari 2011

Tentang rasa theodora ( 2 )

Tik tak tik tak……..tik tak tik tak……..sang detik seakan membuyarkan waktu yang membisu tak bersua. Menenggelamkan diri dalam lamun hingga senja, fajar, terik tak menyisakan setetes embun kesegaran. Theo masih terus saja bercumbu dengan kata dalam kamar kecilnya yang seakan penuh sesak oleh himpitan kalimat yang terangkum tanpa klimaks. Sesekali dia tengok wajah yang terpampang di pigura kecil di atas mejanya. Nampak 2 wajah dengan raut muka menyunyu mengabadikan hari yang tak akan pernah kembali. Lalu Senyum kecil theo menyumbul seakan menyampaikan sejuta pesan pada setiap nafas yang terhempas bebas. Sejenak theo tersadar, dia harus membunuhnya!
“Ya…aku harus membunuhmu, sunyi! Aku tak boleh meraba raba sendiri bahkan merogoh dalam hatinya, aku punya permisi tuk bicara….Cuma kata yang mampu menjawab sgala jengah, jangan menyerah !”
Theo juga teringat suatu pesan dari artikel kisah cinta yang ga hepy ending, ketika seseorang menyimpan sgala rasanya hingga dia harus kehilangan orang yang dicintainya itu tanpa tau yang sebenarnya....’Jangan tunggu esok hari untuk mengatakannya, karena mungkin esok hari itu tak akan pernah ada.’
Tak lama theo mengambil handphone, dengan lincah dia ajak tiap alphabet menari merangkum makna. SEND !
“fiiuhhhh sdikit lega rasanya…smoga ada balasan”

Kembali theo menggerakkan penanya di buku birunya, menyapa malam….sambil sesekali menilik telepon genggamnya menanti balas….tak sadar theo menyelesaikan sebait ocehan jiwanya,

Detak jam sibuk berjalan dengan cepat
Mengisi sepinya ruang ruang ini
Mengajakku memutar otak
Menggubah kata tuk mencipta senyum kecilku
Mengalun terus…terus..terus..dan terus..
Membawaku pergi ke dunia imaji riang
Tanpa masalah..tanpa omelan
Sungguh aku ingin terus menari pergi dari sini
Bersama bidadari kecil di sampingku
Menjelajah dunia dongeng yang indah
Lihat!
Aku bisa tersenyum..tertawa bahkan menyanyi mengalun
Tak ingin ku kembali padanya yang perih
Dan biarkan aku bahagia.

*bidadari kecil…jangan tinggalkan aku sendiri.

Tulilulilut….tulilulilut…..1 message receive…open.
Rama mengirim balasan yang sedikit membuat theo lega, walau banyak Tanya menggelantung di benaknya berteriak mengharap jawab. Hanya satu makna yang dapat tertangkap oleh theo…’lelah’.
Bllukkk……dia rebahkan tubuhnya di ranjang yang penuh dengan bayang bayang kata. Seakan mereka berusaha menangkap tubuh theo bersama sama. Masih dia genggam handphone kecil yang sudah sedikit eror itu, sambil memandang langit kamar dia terus menerbangkan angannya, berharap menggapai pintu hati rama tuk sekedar mengintip isinya. (Ah terlalu jauh theo.., apa si angan tau jalan menuju tempat rama sekarang ? apa si angan tau harus naek pramek ? Lain waktu akan kupinjamkan theo pintu ‘kemana saja’ milik doraemon biar si angan miliknya bebas menjamah hati rama tanpa syarat…. )
Tertidur dia dengan menggenggam handphone di tangan kirinya dan pena di tangan kanannya, seakan dia bawa segala coretannya menuju alam bawah sadar.
Adzan subuh membangunkan theo dari mimpi panjangnya, bergegas dia bangun mengambil wudhu, sholat dan bersiap berangkat kerja. Senin…selasa, rabu, kamis, jumat,sabtu…..hari hari dia lalui begitu saja, hingga hari minggu tiba dia putuskan pergi ke kota Rama. Kali ini tak sekedar angan belaka….dan theo sengaja tak memberitahu rama akan kedatangannya. Surprise…! Tak tahu hal apa yang mendorong theo membuang ego yang nakal dan nekad pergi ke kota itu. Ach mungkin sedikit mencontek kalimat seorang mentalis, ‘Kadangkala hal tersulit dalam hidup dapat diatasi dengan solusi yang tak nalar’.
Mungkin theo hanya ingin mengantar kerinduannya yang terus merengek. Kerinduan, adalah sebuah harta milik kita yang sederhana, namun artinya tak lebih sempit dari luas samudera. Kerap membawa keinginan tak sekadar beredar di khayalan. Namun kekuatan tekad untuk menjadikannya nyata. Mengemas rindu, menjaga cinta.
Kerinduan akan hadirnya cinta. Seperti milik nabi Ibrahim, saat akan menyembelih anaknya. Seperti milik Ismail, yang mempersembahkannya hanya untuk Tuhannya. Seperti milik Yusuf, yang tak tergoyahkan oleh Zulaikha. Seperti milik mereka, dan mereka yang lain yang juga pencinta.
Mungkin Sedikit klasik …..tapi memang kadang embel embel cinta di luar nalar, tak ada dalam pelajaran ilmu pasti bahkan sosial. Mungkin kalo ilmu bul gombal gambul terkibul bisa termasuk kategori ilmu cinta ya..hehe
Sesampai di depan kamar Rama, theo perlahan melangkahkan kakinya kayak pencuri mau nyolong jemuran, kayak kucing mau nyolong tempe, kayak sentot mau ambil uang emaknya di warung….and bla bla bla…(kali ini ga ‘kayak’ tapi asli)
Theo mendekati rama yang lagi bobo tidur sleeping dengan pulasnya, wajahnya Nampak sangat lelah payah…tiba tiba, cllupp…terkecuplah pipi rama oleh hangatnya bibir theo yang sengaja mendarat tuk bangunkan rama.
“bangun mas……(sambil tersenyum simpul tapi ga lebar lebar banget kok)…”
“Loh kok udah ada disini ? kapan datangnya ?” (rama linglung kayak ketiban UFO beserta alien yang mengepungnya)
“Barusan diantar bidadari, turun di jendelamu itu…ehhehehe”
Lalu mereka terlibat pembicaraan yang sdikit serius tentang hubungan mereka yang digoda oleh waktu, jarak, dan pekerjaan. Trio satan yang setia menggoda tali hubungan jarak jauh !
Ternyata pekerjaan yang itungannya masih baru itu sedikit manja meminta hampir seluruh waktu rama, mungkin sebagai permulaan. Tak perlu ada Tanya lagi, tak perlu was was dan muncul trauma lama lagi….theo sdikit demi sdikit blajar tentang sebuah proses…perjalanan yang terus berubah. Setiap naik satu tangga lebih tinggi bakal ketemu rintangan yang beda dan mungkin lebih sulit juga. Dan jikanya nanti sampai pada rumah tangga tujuan, pasti saat kita lihat anak anak tangga yang udah dilewati, kita bakal tersenyum puas……kita telah berhasil melewatinya.
Theo pulang kembali ke kotanya dengan membawa sekotak percaya yang semoga awet tahan banting hingga saatnya sang pemilik datang.
Sesampainya di rumah theo memuntahkan smua rekamannya dalam buku birunya,..
“Makasih buat sedikit waktumu rama…mungkin memang masa kayak gini harus kita lalui, sederhana,, biasa saja….tak berlebih memaknai adanya cinta. kita bukanlah Cinta dan Rangga yang memadu kasih di SMA, tapi kita seperti dongeng pangeran berkuda putih dan kau yang akan menyelamatkan dan menjemput putrinya di menara yang dijaga naga di waktu yang tepat ( apa masih berlebihan ya mas..? hehehe)
Bahasa jawanya…’Nrimo ing ati kanthi ikhlas’….nek jodo ora mlayu nandi nandi…(lha nandi? Solo po jogja po semarang ?)….itu kata bapakku yang terkenal sabar sejagad raya….hehehe
Mungkin the most important adalah yaitu antara lain komunikasi. Kalahkan ego yang slalu datang bertamu tak diundang, pulang tak diantar. Kamu bisa juga kan rama ? Aku juga percaya kamu…..sdikit dalam angan ketika nanti mungkin kau akan mengkhitbahku …..Colaboration of arts…kita diciptakan sangat berbeda, tapi kita sama dalam cinta (auuweehhh…aw aw aw).
Right man in the right time….tak usah berlebih ya rama…biarlah semua sesuai dengan kadarnya…bahasa inggrisnya ‘sak madyo’….(ga mbois blas rek mari nang omah)…hehehhe”
Dan theo kembali menjalani rutinitasnya sebagai wanita karir. Theo terus belajar menjadi lebih tegar, tak boleh ada air mata lagi. Karna ada peribahasa air beriak tanda tak dalam (ga peduli kalo roaming). Dan dia tetap setia dengan alphabet alphabet yang slalu menemaninya dalam sepi.
Kali ini backsoundnya cukup semarak tiada terkira…..’u know me so well…girl I heart u….’ (theo nyanyi ga jelas di kamarnya)
Ting tong…ting…tong….tiba tiba bel rumah theo menyahut tanda ada tamu yang datang. Ting tiong…ting tong….


“( kira kira siapa yang datang yach ???)”

1 komentar: