Selasa, 26 April 2011

Terjerat (K)utang

Pemain :
1. Pak Derman
2. Bu Baedah
3. Anak anak
Setting :
- Pasar wage
- Rumah kontrakan

(Malang, 18 Mei 2018)

Ketika hidup lepas dari adanya kontrol diri pada duniawi…pada Sang Pencipta, maka setanlah teman yang setia.

Pak Derman, seorang karyawan berumur 38 tahun yang baru saja di-PHK dari perusahaan swasta di Jakarta pindah ke kota Malang bersama istri dan ketiga anaknya.
Hari itu seperti biasanya Pak Derman mengantar istrinya berjualan di pasar wage. Istri Pak Derman menyewa sebuah kios di dalam pasar untuk berjualan pakaian dalam wanita. Selain itu Pak Derman juga bekerja sebagai sales makanan setelah satu tahun yang lalu di-PHK. Ia kembali merintis pekerjaan baru walaupun penghasilannya tak sebesar satu tahun yang lalu.
Istri Pak Derman, Bu Baedah yang lumayan cantik, gemar sekali berdandan, terbawa kebiasaannya di ibu kota. Walaupun Cuma di pasar, dia selalu Nampak segar dengan dandanannya yang aduhai. Bu baedah ini memang terkenal centil, gayanya kadang melebihi anak muda lagi puber. Dari baju-bajunya yang lumayan mahal, aksesoris,perawatan wajah. Dia juga masih terbawa kehidupan hedonisnya di kota, ikut arisan ibu-ibu komplek sampai arisan panci dia ikuti. Walaupun itu tidak sesuai dengan kondisi ekonomi keluarganya sekarang. Apalagi biaya sekolah 3 anaknya yang umurnya Cuma berjarak satu tahun. Cukup ngos-ngosan tentunya.
Seringkali Pak Derman menasehati istrinya untuk lebih berhemat, pengeluaran untuk hal penting saja, tap istrinya itu tak mau menghiraukan ucapan suaminya. Bahkan di keluarga itu tlah kehilangan nilai-nilai agamisnya. Tak pernah terdengar alunan ayat-ayat Al-Quran, tak terlihat hangatnya sholat berjamaah.
Tiap harinya Bu Baedah lebih suka membeli sayur dan lauk di warung daripada masak sendiri, tentu saja hal tersebut salah satu pemborosan.Bu Baedah terkadang juga gampang panas ketika melihat tetangganya membeli perabot baru. Tergoda gengsi, diapun usaha mati matian ikut beli walaupun UtANG.
Diam diam Bu Baedah menumpuk utang disana sini tanpa sepengetahan Pak derman. Uang penghasilan dari berjualan pakaian dalam lama lama terkikis buat membayar kontrak kios, kontrak rumah, biaya sekolah anak anak, makan sehari hari, tambah perawat wajah dan segala tetek bengek urusan bergaya bu baedah yang super duper boros. Penghasilan pak derman sebagai sales yang tidak pasti itu tidak dapat melunasi utang utang yang semakin bertambah. Dari utang bank, utang koprasi simpan pinjam bulanan, hingga mingguan membuat pak derman berpusing pusing ria. Tiap hari hanya memikirkan membayar utang yang ini, itu , belum lagi kalau anaknya merengek minta uang buat beli buku, uang jajan. Pak derman dan bu baedah juga sering bertengkar gara gara Utang hingga membuat anak anaknya ketakutan dalam isak tangisnya.
Hingga suatu malam, pak derman termenung sendiri di kontrakannya, istri dan anak anaknya sudah terlelap. Di samping pak derman duduk ada satu tumpuk kutang sisa yang belum laku dijual. Pikir sana…pikir sini.sungguh kalut mawut dihantui setan setan yang siap menagih utang.
Utang……utang……utang…..seperti momok yang mendekap tubuhnya erat-erat tanpa sekat seakan mengajak tamat. Sungguh menyayat!
“Uang…..uang….uang…….bagaimana mendapatkan sebanyak itu…oh setan…”
Akhirnya pak derman tau juga hasil pekerjaan istrinya itu……Utang!
Sungguh malam itu dirinya tidak menemukan pintu keluar dari ruang ruang gelap masalahnya. Dalam sepinya dia bergumam…..
“ternyata istri yang cantik saja tidak cukup menemani perjalanan ini, bahkan mungkin cantik fisiknya pun tidak berarti jika akhirnya seperti ini. Aku tak sanggup………”
Seketika pandangannya tertuju pada tumpukan kutang di sampingnya. Ditemani setan setan yang menari di sekelilingnya, dia ikat satu persatu kutang kutang itu hingga memanjang. Seperti hafal adegan dalam reka ulang peristiwa gantung diri, malam itu pak derman yang terjerat UtANG mati menggantung dengan jeratan Kutang.
Innalillahi wa innailaihi roji’un…….
Dan setan setan semakin riang menari gembira melihat tragedi itu. Puas….
Pagi harinya…..
Pagi itu menjadi pagi tersuram buat bu baedah. Seakan gelapnya malam tak tergantikan oleh mentari pagi yang tlah bertandang.
Menjerit sejadi jadinya ketika dilihatnya suami terkasih berpulang dengan tak wajar. Dan dia harus siap menghadapi segala realita yang memeluknya penuh peluh.
Mendengar tangisan dan jeritan bu baedah beserta anak anaknya, para tetangga langsung berlarian ke rumah bu baedah. Sesaat kemudian polisi dan ambulan datang mengamankan jenazah pak derman bersama kutang kutang saksi bisu hilangnya nyawa gara gara Utang.

Sodaraku….
Betapa hidup yang hanya mengejar duniawi ini tak kan ada artinya ketika akhirnya harus kehilangan orang yang terkasih. Perkawinan itu tidak hanya tentang manajemen cinta, tetapi tersurat banyak sekali manajemen di dalamnya, dari manajemen ekonomi, manajemen agama, manajemen komunikasi, manajemen pendidikan anak, manajemen kelahiran anak, manajemen mental, hingga manajemen prioritas kehidupan ini. Selalu serahkan segala urusan pada Tuhan….rangkumlah keluarga sederhana namun bahagia yang disukai Tuhan. Ingat selalu pedoman perkawinan 3s 1i (Sholat, Sabar, Syukur, Ikhlas). Letakkan segala sesuatunya sesuai dengan takarannya. Insya Allah selamat sampai tujuan anda…




Tidak ada komentar:

Posting Komentar