Sabtu, 05 September 2009

Pengakuan penunggu senja

Sebuah pengakuan kecil kudengar ketika ku tengah asyik bermain di bukit senja kala itu....dari jauh di balik pohon kusemakin penasaran tuk mengikuti setiap kata yang mengalir semakin basah...dan....

"..................................................................
Sedikitpun aku tak mengerti ketika baru saja mereka datang menjeratku perlahan semakin erat hingga aku terasa akan meledak...
Jantungku berdetak begitu hebat memacu...dan pikiran pikiran ini terus membuatku semakin gila..
Ada gumpalan cinta yang menumpuk dalam sudut yang tak diharapkan terlalu.
Kita tak lagi bocah-bocah kecil yang asyik bermain rasa....kita tak lagi sibuk memilih warna merah, hitam ,putih ato malah abu-abu. Kita seharusnya melaju di jalur ego yang harmoni.
Bagaimana kubisa membunuh mereka ? mereka....yang terus menjeratku dalam waktu yang dinamakan cinta. Bahkan aku sendiri terus takut dan kehilangan makna tuk menikmatinya.
Taukah....setiap kata yang mengejarku tuk mencari yakinku...membuatku semakin tak wajar. Entah pergumulan macam apa yang kau lakukan hingga memaksaku terjaga menantimu membawaku pada semat yang terakhir.
Dimana bisa kubeli sebuah "Sederhana" agar kubisa bebas ? bisa menikmati lagi senjaku..
Ketikanya dahulu aku bisa...karnanya sedikit kuselipkan kata selingkuh...dan setelah kubuang...syndrom bangsat ini berganti menggerogoti tiap sendiku...

Jadilah aku yang ada di senja dulu...tak punya kata lebih untuk sebuah cinta...
Mungkin aku terlalu istimewa menyandang cinta...
"..............................................................


Sungguh pengakuan yang membuat senja menangis sore ini...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar