Selasa, 11 Agustus 2009

Diperawani oleh Waktu

Sunyi kembali bertandang dalam pekatnya hari
Mengabdi pada kota yang tertoreh berjuta kiasan kisah
Tak kan ada sedikitpun sajak yang mampu mengusir alurnya
Serupa noda noda kasih yang lekat mengikat bertautan
Terlihat jejak-jejak yang semakin bijak menapaki perjalanan tanpa akhir sesat

Disembunyikannya semburat senja pada kecup yang penuh misteri
Seakan merahnya tak kan berarti nyeri
Tubuh lunglai habis kebas terbebas oleh rasa yang mereka sebut nafsu
Tak mampu terabaikan dalam detik detik terakhir sebuah klimaks
Mengendap kental pada perjanjian kecil atas nama cinta
Entah sendu atau dahaga….

Setelah sekian peraduan kau tamatkan tanpa tanda titik
Kan masih terus terajut alunan alunan desah yang semakin menuju pada satu harmoni
Ketika kau entah dimana kutetap mendengar lengking suara yang merdu
Lonceng pagi itupun tak kan mampu mengusir hangatnya peluk suaramu
Ahhh….uhhh….aahhhh….

Percakapan kembali berbisik memecah waktu yang terlalu nafsu mengangkangkan peluh
Tak ada yang mengakhiri sedikitpun perhelatan jiwa yang tengah menghantam
Deras membasahi aliran darah yang jatuh bersama keringat panasnya
Dalam ruang kosong pojok bungkam tanpa meminta saksi
Dan kini….di antara larik sajak-sajak ini nafsu terus memaksaku merangkainya
Sekedar membunuh tiap sepi yang tak bertepi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar